Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten

Kamis, 09 Januari 2014

AJARAN KESEPULUH

Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri kamu sendiri. Diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan. Segala sesuatu itu tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun adalah kepunyaan Allah. Pada diri manusia timbul angan-angan dan hawa nafsu. Oleh karena itu, jika kamu masuk ke yang haq dan melawan diri kamu sendiri, maka kamu telah masuk ke pihak Allah dan melawan diri kamu sendiri.Allah berfirman kepada Nabi Daus as, "Hai Daud, kepada-Ku-lah kamu kembali.Oleh karena itu, berpegang teguhlah kamu kepada-Ku. Sesungguhnya perbudakan yang sejati adalah melawan diri kamu sendiri karena Aku ". Karena itulah penghambaan kamu dan kedekatan kepada Allah menjadi kenyataan yang sungguh-sungguh. Karena itulah kamu mencapai kesucian dan kebahagiaan. Dan karena itulah kamu akan dimuliakan dan segalanya akan menjadi hamba kamu dan takut kepadamu, lantaran semuanya tunduk kepada Allah. Sebab, Dia-lah Pencipta dan tempat asal mereka, dan mereka telah menyatakan kehambaan mereka kepada Allah. Allah berfirman, "Seluruhnya memuji Allah, tetapi kamu tidak mengetahui pujian mereka". Ini berarti segala yang ada di dalam alam ini sadar akan adanya Allah dan patuh kepada-Nya.
Allah SWT berfirman, "Kemudian Dia berkata kepadanya dan kepada dunia, Kemarilah kamu
berdua dengan rela ataupun tidak ". Mereka berkata, "Kami datang dengan rela".
Oleh karena itu, segala penghambaan adalah melawan dirimu sendiri dan hawa nafsumu. Allah
berfirman, "Janganlah kamu menuruti hawa nafsumu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah". Selanjutnya Allah berfirman, "Jauhkanlah kehendak hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dan kerajaan-Ku melainkan hawa nafsu manusia". 

Ada satu cerita yang masyhur tentang Abu Yazid Busthami. Diceritakan bahwa ia telah melihat Allah SWT di dalam mimpinya. Ia bertanya kepada Allah, "Bagaimana seseorang itu dapat sampai kepada Allah?" Jawab Tuhan, "Buanglah dirimu dan datanglah kepada-Ku". "Setelah itu," katanya, "Akupun keluar dari diriku seperti ular keluar dari sarangnya". Karenanya, semua kebaikan itu terletak pada jihad melawan diri sendiri serta semua hal dan kondisi hidup ini. Jika kamu dalam keadaan salah, lawanlah dirimu sampai kamu terhindar dari hal yang haram, dari manusia, dari prasangka serta dari pertolongan mereka, ketergantungan kepada mereka, takut kepada mereka dan dari meminta apa yang mereka temukan dari dunia fana ini.Janganlah kamu mengharapkan hadiah, sedekah atau pemberian mereka. Kamu harus membebaskan dirimu dari apa saja yang bersangkutan dengan keduniaan.Dan jika kamu memiliki saudara yang hartawan, maka janganlah kamu mengharapkan dia lekas mati dengan niat kamu ingin mendapatkan hartanya itu.Kamu harus keluar dari pengaruh mahluk dan angaplah mereka itu seperti gerbang yang bias terbuka dan bias tertutup atau seperti bunglon yang kadang-kadang berubah dan kadang-kadang tidak. Segala yang terjadi dan terjadi adalah dengan kehendak Allah dan Dia-lah yang membuat dan merencanakan segalanya itu. Jadi kamu yang berjiwa tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah Tuhan Semesta Alam.
Jangan pula kamu mengikuti faham golongan Jabariyyah atau Qodariyyah. Lebih baik kamu mengatakan bahwa perbuatan itu adalah milik Allah, sedangkan manusia adalah berusaha.
Jalankanlah perintah Allah yang berhubungan dengan manusia, pisahkanlah bagianmu dengan perintah-Nya dan janganlah kamu melampaui batas, karena perintah Allah itu pasti terjadi dan Allah akan menjatuhkan hukuman kepada kamu dan mereka. Janganlah kamu ingin menjadi hakim sendiri. Keberadaan kamu bersama manusia adalah karena takdir Allah dan takdir ini ada di dalam kegelapan.Oleh karena itu, masuklah ke dalam kegelapan itu dengan membawa lampu yang juga menjadi hakim. Itulah dia Al Quran dan sunnah Rasulullah. Janganlah kamu melanggar keduanya. Jika timbul di dalam pikiranmu atau kamu menerima suatu ilham, kemukakanlah dulu kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah.
Jika suatu pikiran atau ilham bertentangan dengan Al Quran dan hadits, maka janganlah kamu ikuti dan kamu jalankan, karena hal itu mungkin datang dari iblis.Jika Al Quran mewajibkan seperti makan, minum dan lain-lainnya dan ilhampun sejalan dengan yang diwajibkan itu, maka janganlah kamu terima dan ketahuilah bahwa itu adalah ajakan atau godaan untuk memuaskan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatanganmu. Oleh karena itu lawanlah dan janganlah kamu turuti.
Jika apa yang diilhamkan kepada kamu itu tidak sesuai dengan Al Quran dan hadits, baik yang berupa larangan maupun pembenaran, dan tidak pula kamu ketahui dengan faham, seperti kamu disuruh untuk pergi ke suatu tempat atau disuruh menemui seseorang yang saleh, sedangkan kamu tidak perlu lagi pergi ke tempat itu atau bertemu dengan orang itu, tetapi dengan pengetahuan dan nur kamu dapat mengetahuinya, maka bersabarlah, jangan terburu-buru dan bertanyalah kepada diri Anda sendiri, "Apakah ilham ini datang dari Allah dan aku harus melakukannya? "Pikirkan dulu dan bersabarlah. Adalah biasa bagi Tuhan untuk mengulang ilham seperti itu dan memerintahkan kepada kamu untuk segera melakukan hal ilham itu atau untuk membuka suatu tanda yang dibukakan bagi para anggota Allah, tanda yang hanya dapat dipahami oleh para Aulia yang bijaksana dan para Abdal.Janganlah kamu terburu-buru mengerjakan hal itu, karena kamu tidak mengetahui akibat dan tujuannya, dan juga kamu tidak mengetahui tes dan jalan yang dapat merusak dan menguji kamu.
Karena itu bersabarlah sampai Tuhan sendirilah yang menjadi pelaku hal itu untuk kamu. Apabila sesuatu perbuatan itu benar-benar dari Allah, maka akan selamatlah kamu dan Dia pasti menolong kamu. Jika kamu sendiri yang melakukannya, maka kamu sendirilah yang bertanggung jawab atas perbuatanmu itu, Jika Allah yang melakukannya untuk kamu, maka kamu tidak bertanggung jawab atas perbuatanmu itu, karena perbuatan itu adalah perbuatan Allah, dan sudah barang tentu Allah sendirilah yang bertanggung jawab atas perbuatan -Nya.
Jika kamu berada dalam tingkat hakekat, yaitu posisi wilayah (kewalian), maka lawanlah nafsumu itu dan patuhlah kepada perintah itu sepenuhnya. Kepatuhan kepada perintah ini ada dua macam: pertama, hendaknya kamu mengambil dari dunia ini apa-apa yang kamu butuhkan saja, hindarkanlah dirimu dari keserakahan hawa nafsumu, lakukanlah ibadah-ibadahmu dan hindarkanlah dosa-dosa, baik yang tampak maupun yang tersembunyi; kedua, berkenaan dengan perintah batiniah. Ini adalah perintah Allah yang berupa perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu.Perintah batiniah atau perintah yang tersembunyi ini adalah perintah untuk melakukan hal-hal yang tidak haram dan tidak pula wajib, di mana seorang hamba diberi kebebasan untuk bertindak. Dalam hal ini, hendaknya si hamba tadi tidak mengambil inisiatif (kemauan) sendiri, tatapi harus ia menunggu perintah yang berkenaan dengannya. Ketika perintah itu telah datang, maka patuhilah dengan segenap gerak dan diam, karena Allah semata-mata. Jika di dalam syari'at ada hukum tentang sesuatu hal, maka tunduklah kepada hukum itu. Tapi, jika tidak ada hukum di dalam syari'at tentang hal itu, maka bertindaklah menurut perintah batin atau perintah yang tersembunyi itu. Melalui inilah seseorang dapat menjadi orang yang benar-benar telah mencapai hakekat.
Jika perintah batin ini tidak ada dan yang ada hanyalah perbuatan Allah, maka ini membutuhkan suatu penyerahan. Jika kamu telah mencapai hakekat yang sebenarnya, yang juga disebut "kondisi tenggelam (Mahwu) atau fana", maka kamu telah mencapai tingkat Abdal (mereka yang luluh hatinya karena Allah), sesuatu keadaan atau tingkat yang dimiliki oleh orang-orang yang tepat berjiwa tauhid, suatu keadaan yang dimiliki oleh orang-orang yang dikaruniai cahaya spiritual, yaitu orang-orang yang berilmu dengan kebijaksanaannya yang tinggi, orang-orang yang menjadi kepala dari seluruh kepala, pelindung dan penjaga publik, khalifah Allah dan wali-Nya serta orang-orang yang terpercaya-Nya. Mematuhi perintah di dalam hal-hal yang demikian itu adalah melawan keinginan Anda sendiri, memisahkan diri dari ketergantungan kepada daya dan upaya apa saja serta kosong dari segala keinginan dan tujuan apa saja yang berkenaan dengan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, jadilah kamu hamba raja itu dan bukan hamba kerajaan serta hamba perintah Allah dan bukan nafsu badaniah. Dan jadilah kamu seperti bayi yang berada dalam pelukan ibunya, atau seperti mayat yang sedang dimandikan oleh orang-orang dan atau seperti orang sakit yang tidak sadarkan diri di hadapan dokter, di dalam hal yang berada di luar, baik berupa perintah maupun larangan.
Sumber: http://www.scribd.com/doc/28543643/futuhul-ghaib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar