Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten

Senin, 28 Mei 2012

Silsilah Thoriiqoh Qoodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya.

1. Robbul arbaabi wamu'tiqurriqoobi,Allah swt .
2. Sayyidunaa Jibril a.s
3. Sayyidunaa Manba-ul 'Ilmi wal- asrori wa mahzanul Faidi wal Anwaarii wa Mal jaa-ul ummati wal Abroori wa Mahbathu Jibriila fillaili wannahaari Habibullohis Sattaarilladzii unzila 'alaihi Afdholul Kutubi wal Asfaari Sayyiduna Muhammadul Mukhtaru Shollalloohu 'alaihi wa'alaa aalihii wa ashhabihil akhyar.
4. Sayyidunaa 'Ali k.w .
5. Sayyidunaa Husain r.a
6. Sayyidunaa Zainal 'Abidin r.a
7. Sayyidunaa Muhammad Baqir r.a.
8. Sayyidunaa Ja'far Shodiq r.a
9. Sayyidunaa Imam Musa Al –Kazhim r.a
10. Syaikh Abul Hasan 'Ali bin Musa Arridho r.a

Minggu, 27 Mei 2012

PULAU Madura yang terletak di Jawa Timur ramai melahirkan ulama besar sejak zaman dulu hingga sekarang. Salah seorang di antara mereka yang diriwayatkan ini, nama lengkapnya ialah Kiyai Haji Muhammad Khalil bin Kiyai Haji Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman.

Yang terakhir ini (Sayid Sulaiman) dikatakan adalah cucu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang terkenal itu. Salasilah selanjutnya, adalah Syarif Hidayatullah itu putera Sultan Umdatuddin @ Umdatullah @ Abdullah yang memerintah di Cam (Campa). Ayahnya pula ialah Sayid Ali Nurul Alam bin Sayid Jamaluddin al-Kubra (wafat di Tuwajok, Sulawesi), dan seterusnya hingga ke atas.

Memperhatikan salasilah di atas, maka bererti ulama yang berasal dari Pulau Madura yang diriwayatkan ini, adalah daripada asal salasilah dengan Syeikh Nawawi al-Bantani atau Imam Nawawi ats-Tsani ulama yang berasal dari Banten, Jawa Barat, yang riwayatnya telah dimuatkan dalam Ruangan Agama, Utusan Malaysia, 7 Februari 2005. Dalam salasilah Syeikh Nawawi al-Bantani, Sayid Ali Nurul Alam itu bernama Ali Nuruddin, disebutkan al-mutawaffa fil Anam bis Shin (maksudnya wafat di Anam, negeri China).

Rabu, 23 Mei 2012

KEUTAMAAN IBADAH SUNNAH

 Oleh : KH. M. Zein ZA Bazul Asyhab
Hidmah ilmiah manakib di Masjid Nurul Asror PonTren Suryalaya Des 2002 Pada hari ini manakiban kita bertepatan dengan bulan Sya’ban, oleh orang sunda disebut bulan Rewah. Entah darimana asalnya, mungkin dari ruh atau arwah, karena ada keterangan yang mengatakan bahwa pada bulan Rajab, Rewah, dan Ramadhan itu adalah tiga serangkai., sedangkan bulan Sya’ban adalah untuk pensucian ruh. Salah satu ibadah sunnah yang kita lakukan di bulan Sya’ban adalah Shalat Sunnah Nisfu Sya’ban. Ini pekerjaan sunnah, jadi orang yang melaksana-kannya, karena hukumnya sunnah jelas mendapat pahala dan kalaupun tidah melaksanakannya tidak akan mendapat siksa.
 Manakala membahas sunnah kita sering keliru, kita terjebak dengan kata-kata tidak mendapat siksa, hingga memberi kesan bahwa orang tidak akan masuk neraka dengan meninggalkan sunnah. Maka marilah kita berilustrasi dengan contohsebagai berikut :

Selasa, 22 Mei 2012

CATATAN HARIANKU

 Empat puluh kali empat puluh hari.
 Sobat yang budiman, ini adalah kisah perjalanku di dalam mengamalkan Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah Ponpes Suryalaya ,ke inginan menulis ini semata mata sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang aku peroleh dan semoga kisah kisah yang aku tulis bisa memberi manfaat bagi sobat yang membaca tulisan ini entah itu yag mengenalku ataupun yang belum mengenalku……. Amiin.
 Sobat yang budiman ,aku adalah seorang perantau, awal merantau ke Jakarta ikut Om /Pak Lik dari jalur kakek( Bpk Tarmidi sekarang beliau di semanan Kali deres Jak Bar),beliau membuka usaha Kompeksi di tahun 80-an ,dan pada tahun 1985 aku pindah ke serpong sampai sekarang .
Pada tahun 1993 aku belajar Dzikir Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya . Kisah di bawah ini adalah sebagian dari banyak kisah yang saya alami selama empat puluh kali empat puluh hari pertamaku di dalam mengamalkan TQN Ponpes Suryalaya.
Awalnya biasa saja aku berdagang rokok di grobog rokok di pinggir jalan raya serpong tepatnya di depan pasar serpong,sehingga pada saatnya ada pelebaran jalan ,dan otomatis tempat dagangku kena gusur ,dan itulah awal mulanya saya tidak punya pekerjaan alias menganggur.

Kamis, 17 Mei 2012

JANGAN BOSAN MANAQIB

 Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
Hidmah ilmiah manakib di Masjid Nurul Asror PonTren Suryalaya April 2003 Manaqiban adalah perpaduan antara Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia. Asalnya dari Manaqib ditambah akhiran an. Manaqib adalah Jama Taksir dari Manqob (masdar mimi, isim makan dan isim zaman). Akar katanya dari Naqbun yang artinya jalan dilereng gunung. Adapun maksud dari Manaqib adalah pembacaan riwayat hidup, baik ataupun jelek. Banyak orang yang tidak suka terhadap manaqib, tetapi selalu membaca riwayat para Wali. Padahal riwayat para Wali itu juga manaqib. Ibarat orang yang suka Sangu (nasi) tetapi mengharamkan Kejo (nasi). Atau ibarat “Monyet ngagugulung kalapa”(monyet mendekap-dekap kelapa).
Manaqib adalah majmaul-khoir atau tempat berkumpulnya segala kebaikan, diantaranya :
• Silaturahmi, para ikhwan bisa bersilaturahmi dengan ikhwan lain yang berlainan daerah
• Pembacaan ayat suci Al-Qur’an, yang merupakan ibadah baik kepada pembacanya ataupun pendengarnya.

Selasa, 08 Mei 2012

Syekh Abdul Karim Pemimpin Tarekat

 Teguh Iman Prasetya
Syekh Abdul Karim Pemimpin Tarekat dan Haji-haji Pemberontak Gerakan kebangkitan kembali (revival) yang dipimpin Syekh Abdul Karim alias Kiai Ageng memang memperlihatkan sikap yang keras dalam soal-soal keagamaan dan bernada puritan. Tetapi ia bukan seorang revolusioner yang radikal. Kegiatan-kegiatannya terbatas pada tuntutan agar ketentuan-ketentuan agama, dengan tekanan khusus kepada salat, puasa, mengeluarkan zakat dan fitrah, agar benar-benar dilaksanakan. Dan tentu saja, zikir merupakan kegiatan yang pokok pula.
Senin, 13 Februari 1876. Haji Abdul Karim meninggalkan Tanara. Ia terpaksa meninggalkan Banten menuju tanah airnya yang kedua, Makkah, menyusul pengangkatannya sebagai Pemimpin Tarekat Qadiriah, menggantikan Syekh Ahmad Khatib Sambas. Ikut bersamanya 10 anggota keluarga, enam orang pengawal, dan 30 atau 40 orang yang menyertainya hanya sampai Batavia.
 Khawatir akan kemungkinan turunnya rakyat secara besar-besaran ke jalan, Residen Banten meminta Kiai Abdul Karim mengubah rute perjalanannya. Rencananya singgah di beberapa tempat di Tangerang dibatalkan; diputuskan ia akan menumpang kapal langsung ke Batavia. Padahal banyak haji dari Tangerang dan Distrik Bogor sudah berangkat ke Karawaci. Selain itu, satu pertemuan besar akan digelar di rumah Raden Kencana, janda Tumenggung Karawaci dan ahli waris perkebunan swasta Kali Pasir,