Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten

Senin, 20 Juni 2016

Biografi Sunan Kalijogo
Sunan Kalijaga adalah ulama yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Beliau adalah legenda nyata dari tumbuh dan berkembangnya Islam di Pulau Jawa.

Sayangnya, namanya sering dikaitkan dengan mistisme Jawa alias Kejawen. Benarkan ‘Kejawenisme’ merupakan buah pemikiran Sunan Kalijaga? Siapakah Sunan Kalijaga? Dari mana nama ‘Kalijaga’ berasal? Mari kita bangun perspektif yang benar tentang sosok ini.

Ada beragam versi tentang nama asli Kalijaga. Sejumlah sumber mengatakan bahwa nama asli Sunan Kalijaga ialah ‘Lokajaya’. Sumber lain ada yang menyebut bahwa nama aslinya ‘Raden Abdurrahman’ atau ada juga yang mengatakan bahwa namanya ialah ‘Raden Joko Said’ atau ‘Raden Jaka Syahid’. Pendapat yang terakhir merupakan riwayat yang paling mashyur. Nama Raden Joko Said ialah nama yang dikenal secara turun-temurun oleh para penduduk Tuban hingga masa kini.

Joko Said dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban. Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa Adipati Arya Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Namun sebagai Muslim, ia dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyat.

Selasa, 14 Juni 2016

Jangan Berburu Karamah

Rabi’ah al-Adawiyah (717-801 M) adalah seorang sufi perempuan legendaris. Beliau masyhur dengan cintanya yang membara kepada Allah. Sayyidah Rabi’ah hidup di Basrah, Irak dan menjadi salah seorang murid Syaikh Hasan al-Basri, seorang tokoh Sufi terkemuka generasi awal.
Dikisahkan, suatu hari Sayyidah Rabi’ah melintas di depan rumah gurunya Syaikh Hasan. Kepala Syaikh Hasan menjulur keluar jendela. Beliau sedang menangis. Air matanya jatuh menetes di baju Sayyidah Rabi’ah dan beliau pun melihat ke atas. Semula beliau mengira itu air hujan. Kemudian sadar bahwa itu air mata Syaikh Hasan. Sayyidah Rabi’ah pun menyapanya:
“Guru, tangisan itu adalah tanda kelemahan ruhani. Simpanlah air mata Anda, agar lautan bergelora dalam diri anda, yang di dalamnya hati Anda selalu sadar akan pemeliharaan Raja yang Maha Kuasa.”
Kata-kata ini terasa menusuk di hati sang guru, tapi beliau tetap berusaha tenang.
Beberapa hari kemudian, Syaikh Hasan melihat murid perempuannya itu di pinggir sebuah danau. Beliau pun lantas menghamparkan sajadahnya di permukaan air danau, lalu memanggil, “Rabi’ah, kemarilah! Mari kita shalat dua rakaat di sini!”