Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten

Selasa, 04 Oktober 2016

Cinta



Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

Senin, 26 September 2016

Bismillahirohmanirrohim



Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Sabda Rosululloh Muhammad SAW (Shollallohu'alaihi Wasallam):
"Adalah Jibril apabila datang kepadaku, yang pertama diberikannya kepadaku ialah Bismillahirrohmanirrohim" (Darulquthni dan Ibnu Umar r.a.).
Dari Anas bin Malik bersabda Nabi Muhammad SAW:
"Itulah isim dari asma Alloh Tidak lain antara ia dengan nama Alloh 'Akbar' seperti putih mata dengan hitamnya. Begitulah dekatnya".

"Ismullohil-A'zhom ialah Alloh Apakah engkau tidak lihat bahawasanya pada semua pembacaan Al-Quran dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim sebelum menyebut nama-nama Alloh yang lain". (Riwayat Imam Bukhari dari Jabir).
Demikianlah jawaban Rosululloh Muhammad SAW ketika ditanya oleh Utsman Ibnu Affan ra berkenaanBismillah. Sabda Baginda s.a.w. lagi, dari Abu Na'im dan Ibn Sunni dari Siti Aisyah ra:
"Ketika turun Bismillahirrohmanirrohim mengucap tasbihlah gunung-gunung hingga dapat mendengar para penduduk Mekah dan sekitarnya. Lalu mereka berkata: 'Rupanya Muhammad yang menyihir gunung-gunung itu'. Kemudian Alloh bangkitkan awan hingga meneduhkan penduduk Mekah".
Bersabda Nabi Muhammad SAW:
"Ketika turunnya Bismillahirrohmanirrohim bergembiralah ahli langit dari bangsa Malaikat, bergoncanglah 'Arsy karena turunnya. Turut serta bersamanya 1000 Malaikat. Dan, bertambahlah iman para Malaikat. Dan, tunduklah segala jin dan bergetar segala planet. Gementar segala sendi-sendi karena turunnya".

Bismillahirohmanirrohim



Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Sabda Rosululloh Muhammad SAW (Shollallohu'alaihi Wasallam):
"Adalah Jibril apabila datang kepadaku, yang pertama diberikannya kepadaku ialah Bismillahirrohmanirrohim" (Darulquthni dan Ibnu Umar r.a.).
Dari Anas bin Malik bersabda Nabi Muhammad SAW:
"Itulah isim dari asma Alloh Tidak lain antara ia dengan nama Alloh 'Akbar' seperti putih mata dengan hitamnya. Begitulah dekatnya".

"Ismullohil-A'zhom ialah Alloh Apakah engkau tidak lihat bahawasanya pada semua pembacaan Al-Quran dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim sebelum menyebut nama-nama Alloh yang lain". (Riwayat Imam Bukhari dari Jabir).
Demikianlah jawaban Rosululloh Muhammad SAW ketika ditanya oleh Utsman Ibnu Affan ra berkenaanBismillah. Sabda Baginda s.a.w. lagi, dari Abu Na'im dan Ibn Sunni dari Siti Aisyah ra:
"Ketika turun Bismillahirrohmanirrohim mengucap tasbihlah gunung-gunung hingga dapat mendengar para penduduk Mekah dan sekitarnya. Lalu mereka berkata: 'Rupanya Muhammad yang menyihir gunung-gunung itu'. Kemudian Alloh bangkitkan awan hingga meneduhkan penduduk Mekah".
Bersabda Nabi Muhammad SAW:
"Ketika turunnya Bismillahirrohmanirrohim bergembiralah ahli langit dari bangsa Malaikat, bergoncanglah 'Arsy karena turunnya. Turut serta bersamanya 1000 Malaikat. Dan, bertambahlah iman para Malaikat. Dan, tunduklah segala jin dan bergetar segala planet. Gementar segala sendi-sendi karena turunnya".

Senin, 20 Juni 2016

Biografi Sunan Kalijogo
Sunan Kalijaga adalah ulama yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Beliau adalah legenda nyata dari tumbuh dan berkembangnya Islam di Pulau Jawa.

Sayangnya, namanya sering dikaitkan dengan mistisme Jawa alias Kejawen. Benarkan ‘Kejawenisme’ merupakan buah pemikiran Sunan Kalijaga? Siapakah Sunan Kalijaga? Dari mana nama ‘Kalijaga’ berasal? Mari kita bangun perspektif yang benar tentang sosok ini.

Ada beragam versi tentang nama asli Kalijaga. Sejumlah sumber mengatakan bahwa nama asli Sunan Kalijaga ialah ‘Lokajaya’. Sumber lain ada yang menyebut bahwa nama aslinya ‘Raden Abdurrahman’ atau ada juga yang mengatakan bahwa namanya ialah ‘Raden Joko Said’ atau ‘Raden Jaka Syahid’. Pendapat yang terakhir merupakan riwayat yang paling mashyur. Nama Raden Joko Said ialah nama yang dikenal secara turun-temurun oleh para penduduk Tuban hingga masa kini.

Joko Said dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban. Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa Adipati Arya Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Namun sebagai Muslim, ia dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyat.

Selasa, 14 Juni 2016

Jangan Berburu Karamah

Rabi’ah al-Adawiyah (717-801 M) adalah seorang sufi perempuan legendaris. Beliau masyhur dengan cintanya yang membara kepada Allah. Sayyidah Rabi’ah hidup di Basrah, Irak dan menjadi salah seorang murid Syaikh Hasan al-Basri, seorang tokoh Sufi terkemuka generasi awal.
Dikisahkan, suatu hari Sayyidah Rabi’ah melintas di depan rumah gurunya Syaikh Hasan. Kepala Syaikh Hasan menjulur keluar jendela. Beliau sedang menangis. Air matanya jatuh menetes di baju Sayyidah Rabi’ah dan beliau pun melihat ke atas. Semula beliau mengira itu air hujan. Kemudian sadar bahwa itu air mata Syaikh Hasan. Sayyidah Rabi’ah pun menyapanya:
“Guru, tangisan itu adalah tanda kelemahan ruhani. Simpanlah air mata Anda, agar lautan bergelora dalam diri anda, yang di dalamnya hati Anda selalu sadar akan pemeliharaan Raja yang Maha Kuasa.”
Kata-kata ini terasa menusuk di hati sang guru, tapi beliau tetap berusaha tenang.
Beberapa hari kemudian, Syaikh Hasan melihat murid perempuannya itu di pinggir sebuah danau. Beliau pun lantas menghamparkan sajadahnya di permukaan air danau, lalu memanggil, “Rabi’ah, kemarilah! Mari kita shalat dua rakaat di sini!”

Sabtu, 02 Januari 2016

Menjadi Sufi yang Kaya
Oleh: Nasiruddin SAg
DI tengah era modern yang diwarnai kehidupan keduniaan (hedonisme) dan materialisme, masyarakat selalu disibukkan oleh aktivitas yang berkenaan dengan pengumpulan materi sebanyak mungkin. Ini seiring dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang makin kompetitif dalam arus globalisasi yang selalu berorientasi bisnis.
Dengan kata lain, manusia hidup di dunia ingin menjadi kaya dengan menempuh cara apa pun, halal atau haram. Keinginan untuk kaya bukan lagi keharusan tetapi sudah menjadi sifat dasar manusia modern.
Dalam tradisi tasawuf, para sufi menempatkan kemiskinan dan al-faqru(kefakiran) pada maqam (jenjang) yang tinggi sebagai salah satu syarat agar dapat wusul (sampai) dan makrifat (mengenal) Allah. Mereka mempraktikkan al-faqru dengan gaya hidup yang benar-benar jauh dari kemewahan dan kemegahan dunia.
Mereka memilih jalan hidup yang penuh penderitaan, kesedihan, cobaan dan kemiskinan.
Sebagai contoh Imam Ghazali dalam kitab karangannya Ihya Ulumiddin, memaparkan keunggulan dan keutamaan al-faqru sampai berpuluh-puluh halaman tetapi dalam memaparkan keutamaan harta dan kekayaan hanya sedikit dan sekilas.