Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten

Rabu, 16 Januari 2013

Manakib Januari 2013
Beberapa hari belakangan ini di serpong dan sekitarnya hujan turun sangat deras,sesekali di barengi dengan angin yang kencang ,namun Alhamdulillah  tidak membawa kerusakan atau dampak yang menggangu aktifitas warga serpong .
Pedagang tempe justru merasakan dampak yang positif disamping juga ada sebagian yang gagal karena hawa dingin yang menyebabkan tempe tidak optimal.
Begitu juga aktifitas di Majlis Dzikir Al Mubarok Kavling serpong ,para ikhwan dan akhwat akan menyelenggarakan Manakib rutin  yang pada bulan ini di laksanakan pada malam Senin ,13 Januari 2013 ,dan di hadiri oleh Bpk :Drs.KH.Wahfiudin.SE.MBA,salah seorang wakil talqin TQN PONPES SURYALAYA dari Rawamangun Jakarta.

Selasa, 15 Januari 2013

Kesaksian Para Ulama Fikh Tentang Ulama Sufi
Imam Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE)
Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, “Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.
Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn ‘Abideen said, “Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim an-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma’ruf al-Karkhi, dari Dawad at-Ta’i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam berkata sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu’man, “Jika tidak karena dua tahun, Nu’man (saya) telah celaka.” Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq

Rabu, 02 Januari 2013

Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi tasawwuf telah menanamkan akar yang fundamental bagi pembentukan karakter dan mentalis kelompok masyarakat islam di Indonesia. Namun dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena faktor kemudahan sistem komunikasi dalam kegiatan transmisinya.
Tarekat yang masuk di Indonesia adalah tarekat yang telah populer di Makkah dan Madinah, 2 kota tersebut yang saat itu menjadi pusat kegiatan di dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat tersebut dibawa langsung oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India. Beberapa tarekat yang masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad ke-16/ ke-17 sampai abad ke-19 yaitu : Qadiriyah, Syattariyah, Naqsabandiyah, Khalwatiyah, Samaniyah, dan Alawiyah. Selain itu juga ada tarekat yang dikenal dengan sebutan Hadadiyah dan sejenisnya yang muncul berkat kreativitas umat Islam di Indonesia terutama habib kelompok Arab, periode berikutnya (abad ke-12) yakni seperti Tijaniyah yang dibawa olehpara jama’ah haji Indonesia.