Diriwayatkan, di dalam berdagang itu Sari tidak pernah menarik keuntungan melebihi lima persen. Pada suatu ketika Sari membeli buah-buahan badam seharga enam puluh dinar. Pada waktu harga buah badam sedang naik, seorang pedagang perantara datang menemui Sari. “Buah-buah badam ini hendak kujuaI”, Sari berkata kepadanya. “Berapakah harganya?”, tanya si perantara. “Enam puluh enam dinar”. “Tetapi harga buah badam pada saat ini sembilan puluh dinar”, si perantara berkeberatan. “Sudah menjadi peraturan bagi diriku untuk tidak menarik keuntungan lebih dari lima persen”, jawab Sari, “Dan aku tidak akan melanggar peraturan sendiri”. “Dan aku pun tidak merasa pantas untuk menjual barang-barangmu dengan harga kurang dari sembilan puluh dinar”, sahut di pedangang perantara. Akhirnya si perantara tidak jadi menjualkan buah-buahan Sari. ooo Pada mulanya Sari menjual barang-barang bekas. Pada suatu hari pasar kota Baghdad terbakar. “Pasar terbakar!”, orang-orang bertariak. Mendengar teriakan-teriakan itu berkatalah Sari: “Bebaslah aku sudah!” Setelah api reda ternyata toko Sari tidak termakan api. Ketika mendapatkan kenyataan ini Sari menyerahkan segala harta bendanya kepada orang-orang miskin. Kemudian ia mengambil jalan kesufian. ooo “Apakah yang menyebabkan engkau menjalani kehidupan spiritual ini”, seseorang bertanya kepada Sari. Sari menjawab: “Pada suatu hari Habib ar-Ra’i lewat di depan tokoku. Kepadanya kuberikan sesuatu untuk disampaikan kepada orang-orang miskin. ’Semoga Allah memberkahi engkau`, Habib ar-Ra`i mendoakan diriku. Setelah ia mengucapkan doa itu dunia ini tidak menarik hatiku lagi”. “Keesokan harinya datanglah Ma’ruf Karkhi beserta seorang anak yatim. ’Berikanlah pakaian untuk anak ini’, pinta Ma’ruf kepadaku. Maka anak itu pun kuberi pakaian. Kemudian Ma’ruf berkata; ’Semoga Allah membuat hatimu benci kepada dunia ini dan membebaskanmu dari pekerjaan ini’. Karena kemakbulan doa Ma’ruf itulah aku dapat meninggalkan semua harta kekayaanku di dunia ini”. Sumber: http://biografiparasufi.wordpress.com/
Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten
Jumat, 06 April 2012
SARI AS-SAQATHI
Diriwayatkan, di dalam berdagang itu Sari tidak pernah menarik keuntungan melebihi lima persen. Pada suatu ketika Sari membeli buah-buahan badam seharga enam puluh dinar. Pada waktu harga buah badam sedang naik, seorang pedagang perantara datang menemui Sari. “Buah-buah badam ini hendak kujuaI”, Sari berkata kepadanya. “Berapakah harganya?”, tanya si perantara. “Enam puluh enam dinar”. “Tetapi harga buah badam pada saat ini sembilan puluh dinar”, si perantara berkeberatan. “Sudah menjadi peraturan bagi diriku untuk tidak menarik keuntungan lebih dari lima persen”, jawab Sari, “Dan aku tidak akan melanggar peraturan sendiri”. “Dan aku pun tidak merasa pantas untuk menjual barang-barangmu dengan harga kurang dari sembilan puluh dinar”, sahut di pedangang perantara. Akhirnya si perantara tidak jadi menjualkan buah-buahan Sari. ooo Pada mulanya Sari menjual barang-barang bekas. Pada suatu hari pasar kota Baghdad terbakar. “Pasar terbakar!”, orang-orang bertariak. Mendengar teriakan-teriakan itu berkatalah Sari: “Bebaslah aku sudah!” Setelah api reda ternyata toko Sari tidak termakan api. Ketika mendapatkan kenyataan ini Sari menyerahkan segala harta bendanya kepada orang-orang miskin. Kemudian ia mengambil jalan kesufian. ooo “Apakah yang menyebabkan engkau menjalani kehidupan spiritual ini”, seseorang bertanya kepada Sari. Sari menjawab: “Pada suatu hari Habib ar-Ra’i lewat di depan tokoku. Kepadanya kuberikan sesuatu untuk disampaikan kepada orang-orang miskin. ’Semoga Allah memberkahi engkau`, Habib ar-Ra`i mendoakan diriku. Setelah ia mengucapkan doa itu dunia ini tidak menarik hatiku lagi”. “Keesokan harinya datanglah Ma’ruf Karkhi beserta seorang anak yatim. ’Berikanlah pakaian untuk anak ini’, pinta Ma’ruf kepadaku. Maka anak itu pun kuberi pakaian. Kemudian Ma’ruf berkata; ’Semoga Allah membuat hatimu benci kepada dunia ini dan membebaskanmu dari pekerjaan ini’. Karena kemakbulan doa Ma’ruf itulah aku dapat meninggalkan semua harta kekayaanku di dunia ini”. Sumber: http://biografiparasufi.wordpress.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar