Media Informasi dan Komunikasi Pengamal Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya ,Tasikmalaya Jawa Barat.
Sekretariat: Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok,Kavling Serpong Rt02/04,Serpong Tangerang Selatan, Banten

Sabtu, 14 April 2012

KHIDMAT ILMIAH MANAQIB BULAN RABIUL AWWAL 1433 H

Oleh : K.H. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab
(Sabtu, 11 Rabiul Awwal 1433 H / 4 Pebruari 2012 M)

“Muhammadun sayyidul kaunaini wa tsakolaini wal faniyyin qainibin utbiwwamin azamin”.
 “huwa waliyun sahir huwa ‘alimun kabir wanurullahil munir sayyidi syaikh Abdil Qadir”.
Nabi Muhammad adalah pemimpin (kaunain/dua kaun) dunia dan akhirat, (tsakolain/ dua tsakol) dua beban yaitu jin dan manusia, wal farighoin (dua kelompok besar / arab dan luar arab). Dia adalah wali Allah yang termasyhur, terkenal karena ilmunya tinggi, ibadahnya sempurna. Kiprahnya bermanfaat bagi semua alam, bagi manusia dan luar manusia di seluruh dunia. Dia ‘alim yang besar. Alquran 30 juz beliau fahami di 4 (empat) dimensi. Pertama Dimensi mulkiyah (kalau seperti buah kelapa, kulit hijaunya). Sekarang yang lebih banyak beredar didunia ilmu alquran adalah ilmu dimensi mulkiyah, terus menerus disebarkan bahkan diperdagangkan. Dimensi kedua ; dimensi malakutiyah (lapis tapasnya), dimensi ketiga ; dimensi jabarutiyah,ayatnya itu juga, (bismillah, fatihah) suratnya itu juga tapi pendalamannya berbeda-beda, contoh : “ihdinashirootol mustaqiim”, tunjukanlah kami ke jalan agama yang benar. “Shirootolladziina an ‘amta ‘alaihim”, ialah jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat yaitu para Nabi, para Rasul, para wali, syuhada dan sholihin. “ghoiril maghdhuubi ‘alaihim”, bukan jalannya (agamanya) orang-orang yang Engkau benci/yang dibenci oleh Engkau, Yaa Allah. Tafsir biasa, puluhan tafsir quran saya baca.
Dari mulai Al-Jalalain yang dianggap tafsir. paling kecil itu (satu jilid 30 juz) menjadi 2 juz ; Jalalain Syaikh Jalaludin As-Suyuti dan Jalalain Syaikh Jalaludin Al-Mahandi (itu terkecil) dikembangkan menjadi Al-Munir 2 jilid, As-sawi 4 jilid, Al-Jaman 4 jilid, Al-Qurtubi 10 Jilid dll. Semua tafsir-tafsir yang beredar di dunia dijadikan rujukan oleh para ulama dalam mendidik santrinya, oleh para guru besar di Perguruan-perguruan tinggi tingkat S1, S2 sampai S3, dipegang oleh para profesor adalah yang disebutkan “maghdhubi ‘alaihim” adalah Yahudi. Kalau Anda membuat paper (tulisan ilmiah) kalau Anda mengangkat Al-Fatihah, Anda tafsirkan bahwa “maghdhubi ‘alaihim” adalah Yahudi, Insya Allah tidak ada yang menyalahkan, Anda Lulus. Karena yang menilainya juga ilmu barusan yang disebut. Tetapi kalau kita menyodorkannya kepada As-Syaikh setingkat Pangersa Abah, As-Syaikh setingkat Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, bisa jadi Beliau-beliau mengangguk juga. Syaikh, saya menafsirkan ayat ini begini, Ya silahkan (karena kalau tidak disilahkan takut gondok, bisi pundung, kudu dihargaan). Tetapi kalau kita bernyata dengan ikhlas, “Syaikh mohon petunjuk barangkali ada makna yang lebih mendalam daripada itu?” Oh pengen itu..? diberikanlah. Ghoiril maghdhuubi ‘alaihim (Orang-orang yang dibenci Allah, siapa dia ? jawabnya Kita !). Sekian ratusan tahun (kurang lebih 250 negara didunia) beredar bahwa maghdhuubi ‘alaihim adalah Yahudi. Jadi kita begitu menyebut siapa yang dibenci Allah ? langsung kita jawab “Yahudi !”. Tidak pernah telunjuk ini berbalik kepada dada kita, Rugi...! Obat yang begitu mujarab disuapkannya kepada orang lain, tapi kalau ahli ilmu sekelas Syaikh Abdul Qadir sekelas Pangersa Abah, maka beliau akan menyebutkan maghdhuubi ‘alaihim (orang yang masih dibenci oleh Allah adalah Saya!), orang yang masih dibenci Allah adalah Kita, karena kita belum mampu melaksanakan perintah-perintah Allah secara sempurna, belum mampu meninggalkan larangan-larangan Allah secara tuntas. Dalam Fatihah dibaca maghdhuubi ‘alaihim (kelompok yang masih dibenci oleh Allah), mana orangnya ....? jawabnya Kita...!. dari kapan kamu begitu ? dari sekarang, karena sudah dijelaskan, Jujur harus mengakui. Karena salah satu penyebab dosa besar tidak mau mengakui kelebihan orang lain, tidak mampu mengetahui kelemahan diri. Waladhoollin, Ya Allah jangan jadikan kami pengikut orang-orang yang tersesat. Tafsir biasa, puluhan tafsir yang dipakai rujukan didunia. Penafsiran sekelas Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, Pangersa Abah bahwa waladhoolliin ; orang-orang yang tersesat, siapakah ? Saya!. Yang tersesat adalah kita, mengapa disebut tersesat ? karena ingin kembali kepada Allah namun belum sampai-sampai. Jangankan tidak ketemu pembimbingnya, yang sudah ketemu pembimbingnya juga macet. Sumber: http://suryalaya.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar